Panduan Wisata ke Eropa

Jalan-Jalan di Roma

  • Last updated on

Artikel sebelumnya: Jalan-Jalan di London

(Day #4) - 5 Maret 2008

Daftar Perjalanan hari ini:

  • Vatican

Menginap di London Ibis Luton asli cuma untuk numpang tidur. Kami bangun jam 4 pagi, dan harus cepat check-out dan jalan kaki menuju ke Luton Airport. Ternyata model seperti kami juga banyak, jadi ada beberapa pasangan lain yang jalan kaki di pagi buta untuk check-in pesawat. Udara sangat dingin, sambil menyeret koper kami jalan sekitar 10 menit baru tiba di dalam kompleks airport. Walaupun bandara ini dikategorikan bandara kecil di Europe, tapi fasilitasnya terbilang lengkap. Bandara ini dipakai oleh RyanAir sebagai hub penerbangan dari London ke kota lain seluruh Eropa.

DSC04820Proses check-in berlangsung cepat, 2 jam sebelum jam keberangkatan (7.10 GMT), tetapi kami disuruh petugas untuk segera menuju ke departure gate. Buru-buru kami makan pagi dan bergegas menuju ke gate. Ternyata airport ini 'kelihatannya saja kecil', sebenarnya sangat panjang untuk mencapai gate. Sampai di tengah, ada hall luas untuk security check. Wah, antriannya sangat panjang. Mungkin 30 menit saya dan istri baru dapat giliran check. Semua jacket, ikat pinggang, dan bahkan sepatu harus dilepas baru boleh melewati security gate. Dan kalau pintu berbunyi, Anda bakalan diperiksa lebih lama lagi. Selepas ini kami mulai berlari karena waktu sudah sangat mepet. Bayangkan lari (mungkin selama 10 menit) baru sampai di gate, dan memang sudah boarding.

RyanAir adalah low-cost carrier, jadi no free food and drink. Penerbangan selama 2 jam 40 menit dari Luton menuju Rome Ciampino Airport. Di dalam pesawat dijual tiket bus Terravision untuk menuju stasiun kota Termini, tetapi saran saya sebaiknya tidak usah beli. Begitu pesawat mendarat dengan mulus, saya dengar penumpang pada tepuk-tangan jadi saya ikut tepuk tangan juga (menghormati kebudayaan orang kan :) ) Tiba di Rome jam 10.40 waktu setempat (GMT +1). Selesailah liburan ke London kami, dan sekarang mulai bagian liburan ke Roma.

Sampai di Roma

Saya beli buku DK Eyewitness: Rome di toko buku Jakarta. Buku full-color ini sangat komplit menjelaskan kota Roma dan tempat wisatanya.

Melewati imigrasi sangat mudah, tidak ada pertanyaan atas visa Schengen kami. Ciampino adalah airport kecil, jadi begitu lewat imigrasi langsung bisa ambil koper. Keluar dari arrival hall, masih dalam gedung bandara ada counter yang menjual tiket bus dan metro. Petugas dengan ramah dan Inggris yang jelas menerangkan macam-macam tiket yang tersedia. Saya beli tiketBTI (biglietto turistico integrato) seharga € 11.00 yang dapat dipakai untuk naik bus dan metro selama 3 hari unlimited hanya dalam kota Roma, serta beli tiket bus €1 dari airport ke stasiun metro terdekat. Kartu ini seukuran kartu nama, setipis kertas, dan dibelakangnya ada strip magnet.

Keluar dari gedung (masih dalam pagar bandara), pasti langsung terlihat sebuah halte kecil. Dan sudah ada bus COTRAL yang menunggu. Bus ini melayani rute Roma Ciampino ke  Anagnina Metro Station. Pakailah kartu yang dibeli seharga €1 tadi. Perjalanan paling sekitar 30 menit dan tiba di Terminal Anagnina. Cari papan dengan gambar huruf Roma
Metro yang berarti Metro line A, turun ke bawah untuk menunggu kereta.

Metro di kota Roma hanya ada 2 line, bentuknya seperti X di mana pertemuan tengahnya adalah Stazione Termini. Rata-rata stasiun metro di sini kusannya adalah kumuh, gelap, walaupun cukup bersih. Anagnina adalah stasiun terakhir utk line A, jadi tinggal tunggu kereta datang dan masuk ke dalamnya. Waktu dari Anagnina ke Termini sekitar 30 menit.

Keluar dari Termini, kami menuju ke Chicago Hotel yang sudah dibooking sebelumnya lewat Venere. Tidak sulit menemukan hotel ini, hanya saja kita belum terbiasa dengan sistem jalan blok (grid system). Chicago hotel terletak dibelakang bangunan utama, papan namanya dapat terlihat jelas dari jauh.

Kami diterima oleh resepsionis imigran dari Afrika yang ramah (sambutan khas Italy). Sedangkan kamar terletak di lantai 2 (naik tangga). Kamar nya lumayan oke dengan kamar mandi yang cukup mewah. Setelah taruh koper kami langsung jalan lagi. Makan siang di stasiun Termini. Akhirnya makan juga makanan asli Italia: panini, memang lezat!

Jalan-jalan di Roma rata-rata cukup sempit, dengan sistem grid / blok jadi cukup sulit untuk mengenal jalan di sini. Jadi gak salah ada pepatah Banyak Jalan ke Roma. Terlebih kalau Anda sudah sampai di Roma, jalan-jalan ke Roma adalah pertualangan tidak akan terlupakan.

Menggunakan metro kami menuju ke Vatican. Waktu kira-kira sudah hampir jam 1, semoga masih bisa masuk ke dalam Museum Vatican. Kita tidak perlu pusing mencari peta metro selama di Roma, tujuan wisata biasanya selalu ditulis di bawah nama stasiun metro di dalam kereta.

Turun di Stazione OTTAVIANO San Pietro Musei Vaticani, ikuti petunjuk jalan yang ada menuju Museum Vatican, nanti akan tiba di samping tembok kompleks Vatican. Iseng-iseng beli Gelato yang ada dekat situ, harganya 1 Euro per scoop dan rasanya wueenakk, tidak seperti gelato-gelatoan di mal-mal Jakarta.

Museum Vatican

Untunglah di bulan seperti ini tidak terlalu ramai untuk masuk ke Museum Vatican. Katanya di musim panas bisa antri 1-2 jam baru sampai loket, untungnya tidak ada antrian yang berarti. Begitu masuk ke pintu kecil, kita seolah hadir di sebuah ruangan besar dengan banyak loket. Harga tiket masuk museum Vatican adalah Euro 14,00. Di hari Minggu terakhir setiap bulan, tersedia tiket gratis. Dan juga ada hari-hari di mana museum ditutup untuk umum.

Sebenarnya jika Anda cari di Internet, banyak yang menawarkan paket tur guide khusus untuk museum Vatican. Jika Anda berencana untuk seharian hanya di dalam kompleks Vatican, tidak ada salahnya ikut tur semacam ini, harganya antara 30-80 Euro. Museum Vatican sangat luas dengan koleksi barang yang tidak terhitung, mengetahui sejarahnya tentu lebih mengasyikkan. Akan ada seorang guide yang akan menceritakan kisah-kisah sejarah dan menjelaskan karya-karya Michaelangelo di sana.

DSC04838
Koridor museum jika dijumlahkan mungkin bisa mencapai beberapa kilometer, ada 4 lantai, tinggal ikuti saja lautan manusia di dalam. Semua jalan tetap akan mengarah ke Sistine Chapel, ruangan paling poluler di Vatican karena seluruh dindingnya termasuk langit-langit dilukis oleh Michaelangelo. Terakhir sebelum keluar kita pasti akan melewati Raphael Room dan tangga putar yang begitu anggun. Nikmati pengalaman di museum ini, jangan terburu-buru begitu masuk ingin langsung ke Sistine Chapel.

DSC04883
Setidaknya saya menghabiskan waktu sekitar 3-4 jam di dalam museum ini, dan 30 menit lamanya saya dan istri hanya duduk di dalam Sistine Chapel mengagumi maha karya jaman Renaissance abad 16. Kamera boleh dipakai asalkan tidak memakai lampu blitz. Khusus Sistine Chapel, sebenarnya tidak boleh menggunakan kamera dalam bentuk apapun, tetapi Anda bisa sembunyi-sembunyi potret asalkan tidak ketahuan.

DSC04955

DSC04964

Keluar dari Vatican Museum, kami berjalan menuju halaman Santo Petrus (St. Peter Square). Lapangan ini dipakai untuk acara misa jika dipimpin oleh Paus. Menyusuri kolom Bernini, kita masuk ke dalam gedung utama: Basilica St. Peter. Tidak ada bayaran alias gratis untuk masuk ke dalamnya, dan sebaiknya Anda mempunyai buku guide tentang Roma atau Vatican supaya dapat mengerti dan menikmati setiap karya di dalam Basilica.

Sebagai orang Katolik, kita dapat mengikuti misa yang ada di sana, atau dapat meminta izin sekuriti untuk berdoa di salah satu ruang kapel yang ada.

Setelah puas, di akhir perjalanan, di samping kiri Basilica terdapat toko kecil yang menjual cendera mata khas Vatican seperti gantungan kunci, rosario, dan salib. Bahkan ada kantor pos di mana Anda dapat kirim kartu pos atau surat ke Indonesia dengan membeli perangko dan stempel negara Vatican (tergantung pak pos di Indo sih mau nganterin gak).

Kami jalan pulang ke hotel menggunakan metro, makan malam di restoran Italy dekat Termini. Coba pesan pizza dan kopi, dan rasanya... enak! Anda harus coba sendiri.

Next: Jalan-Jalan di Roma #2

Komentar

Artikel Terbaru Lainnya

Baca juga artikel dan tips wisata terbaru.

Tentang Javamilk

Cari artikel lama? Ada di Archives