My Journey

Berbugil Ria di Permandian Air Panas

  • Published on

Orang Taiwan dan Jepang punya sebuah hobby yang sama, suka berendam di air panas. Onsen di bahasa Jepang atau 温泉 (Wenquan) dalam bahasa Mandarin adalah sumber mata air pegunungan yang kaya akan mineral, so pasti panas (kalau tidak dicampur air dingin), menyegarkan, dan menyehatkan kulit, at least itu kata mereka.

Nah kesempatan saya untuk menjajal hotspring ini pas sedang jalan-jalan di Taiwan.

Chihpen (Zhipen 知本) adalah sebuah kota yang terkenal dengan hotspring-nya. Terletak di daerah selatan Taitung, lokasi ini bisa dijangkau dengan perjalanan mobil sekitar 20 menit dari kota Taitung.

Di sini banyak berdiri hotel-hotel yang menjual fasilitas hotspring untuk tamu hotel juga untuk visitor yang tidak menginap. Menurut guide book Lonely Planet saya, sebaiknya pilih hotel yang letaknya semakin ke atas, menandakan sumber mata air mereka lebih pure dan jernih.

Beberapa yang besar dan terkenal adalah Dongtai Hotel dan Hotel Royal Chihpen. Hotel yang saya pilih adalah Rainbow Resort Hotel, booking paginya lewat Agoda dan malam check-in. Singkat cerita hotel ini cukup oke lah dengan harga saya sekitar USD 98 per malam.

[

Setelah lelah mengendarai mobil seharian dari Kaohsiung, hari pun telah gelap, buru-buru langsung ingin berendam di kolam air panas minerah hotel ini. Pertama harus beli tutup kepala dulu, yang juga dijual oleh hotelnya (sekitar TWD 50-100) untuk alasan higienis kolam. Juga semua yang berendam harus memakai pakaian renang.

Lalu tanpa melihat ini itu langsung saja saya cebur ke salah satu dari 3 kolam yang ada, wah panasnya luar biasa; musim dingin + badan kedinginan + dikasih air panas = kayak kepiting rebus.

Akhirnya bisa menikmati setelah 5 menit berendam setengah badan di sini.  Dan barulah saya sempat mengamati 'prosedur' orang yang baru datang mau berendam: basahkan badan dulu di shower air panas sebagai pemanasan, baru pindah ke kolam yang panas 38 derajat C, baru pindah ke kolam 40 derajat Celcius, yaitu kolam saya. Duhh, ternyata saya langsung masuk ke kolam hardcore :) dasar newbie.

Jadi ternyata ada 3 kolam besar: air dingin, air panas (37-38), dan air lebih panas (40). Juga ada semacam jacuzzi berbentuk bed dalam air yang memberikan semprotan air di punggung dan kaki, wuih sungguh enak. Besok paginya saya berendam lagi di hotspring ini, tentu kali ini dengan cara yang benar.

Airnya memang ada bau belerang, rasanya licin di kulit. Setelah itu kulit memang berasa menjadi lebih halus, dan badan menjadi segar.. mantap dan recommended!!

[

Kesempatan kedua adalah malam saat melewati kota Jiaoshi dalam rute menuju Taipei. Di kota kecil ini juga banyak titik hotspring, juga di dalam fasilitas hotel. Dan (lagi-lagi) menurut Lonely Planet Taiwan saya, disarankan untuk mencoba permandian air panas publik yang dikelola oleh pemerintah lokal: Public spring park (Tangweiguo gongyuan) bekas peninggalan Jepang. Di buku tertulis clothing is optional, yang dalam pengertian saya berarti boleh pake boleh nggak dong?

[

Begitu parkir dan siap-siapkan peralatan mandi dan pakaian, lalu kita datang ke loket karcis. Weks, ternyata di sini bener-bener kayak Jepang: hotspring pria dan wanita dipisah! Mulai pikiran bergejolak apakah saya boleh intip hotspringnya wanita :) Jadi saya dan istri masuk ke pintu khusus sendiri-sendiri.

Then... terlihatlah bapak-bapak lalu lalang tanpa busana alias bugil! Jreng.... lihat sekeliling tidak ada satu pun yang mengenakan busana dari ruang ganti hingga kolam air panasnya. Kondisi malam remang-remang, model bangunan ala Jepang, bener-bener dah kayak di Jepang.

Tersedia loker di sini untuk menaruh pakaian, yang pakai kunci bayar pakai koin, dan ada loker tanpa pintu yang gratis. Tentu pilih yg gratis yah.. Akhirnya memberanikan diri melepas pakaian saya semua hingga totally nude. Rasanya benar-benar awkward!

Buru-buru jalan menuju kolam dan langsung berendam tidak pikir lagi seberapa panas airnya. Kondisi saat itu tidak terlalu ramai, hanya sekitar 7-8 orang yang berendam, rata-rata sudah paruh baya, sunyi karena semua tidak ada yang berbicara. Ada yang dengan santai bangun dari berendam lalu berbaring di pinggir kolam sambil tidur ayam.. glekk!

Air hotspring di Jaioshi sini tidak berbau, juga di kulit tidak berasa licin seperti Chihpen. Jadi memang berasa berendam di kolam air panas biasa saja. Di buku ditulis manfaat airnya: good for countering nervousness and general feelings of malaise.

Cukup 20 menit saya berendam, lalu mendinginkan badan sejenak di bangku kayu yang pendek. Saya lihat mereka pada duduk (masih tanpa busana yah) dan mandi menggunakan centong, saya sih buru-buru menuju loker ambil baju deh :) Tersedia juga hair drier coin-operated untuk mengeringkan rambut, badan, dan rambut sebelah situ kali yah.

Keluar dari permandian ini sambil menunggu istri yang belum selesai, saya keliling melihat surrounding, di sini juga terdapat massage badan, harganya tidak terlalu mahal. Setelah istri keluar, menanyakan kondisi di sisi sono-nya.. eh ternyata sama saja.. semua full bugil, cuma yang muda-muda cuma istri saya, yang lain tante-tante :)

Komentar

Artikel Terbaru Lainnya

Baca juga artikel dan tips wisata terbaru.

Tentang Javamilk

Cari artikel lama? Ada di Archives