Kelelahan dan kedinginan, saya menyeret koper keluar dari Honmachi subway station di Osaka. Udara dingin di akhir musim gugur serta angin kencang membuat badan ingin cepat-cepat masuk ke dalam selimut walaupun hari masih siang. Hotel saya hari ini adalah The St. Regis Hotel yang berada persis di atas stasiun, di kawasan Midosuji yang terkenal jalannya lebar dan ramai dengan butik ternama.
Lantai dasar hotel hanya berupa restoran dan guest service. Koper langsung diambil oleh concierge, dan kita naik lift untuk menuju receptionist di lantai 12. Masuk ke St. Regis ibaratnya masuk ke rumah orang kaya, tidak seperti ke sebuah hotel. Designnya dibuat begitu elegan dan berkelas, dengan sentuhan yang memberikan karakter. Mau pegang atau foto ornamen hotelnya jadi rasa sungkan, takut berbekas hahaha. Mau keluar foto Japanese Garden-nya yang indah juga sungkan, jadi fotonya disimpan dalam kenangan saja.
Salah satu highlight yang harus dilakukan saat kita berlibur ke Jepang adalah mencoba onsen-nya. Onsen adalah permandian air panas, yang airnya dihasilkan oleh panas bumi. Jadi biasa onsen terdapat di kawasan kaki gunung, bisa kita jumpai langsung di alam, atau diangkut dalam pipa menuju hotel-hotel di sekitarnya.
Budaya berendam di onsen sudah sejak dulu kala bagi rakyat Jepang, serta negara jajahannya seperti Taiwan, China, maupun Korea. Cukup dengan berendam dalam air yang mempunyai kandungan belerang tinggi bisa membuat kulit semakin halus serta suhu panas sekitar 40 Celsius bisa melancarkan peredaran darah.
Di Jepang, kita bisa menikamati onsen di berbagai resort yang ada. Yang paling mudah dari Tokyo adalah di sekitar Gunung Fuji. Biasa ada website yang membuat peringkat onsen berdasarkan sifat airnya, alamiahnya, maupun service di penginapannya.
Menurut saya bukan lokasi atau berapa kandungan sulfur yang membuat sebuah onsen dikategorikan terbaik. Saya berpendapat bahwa onsen terbaik adalah onsen yang bisa saya cebur secara private kapan saja.
Maka kesempatan saya mencoba private onsen didapat dengan mengunjungi Hakone, selatan Gunung Fuji. Dengan menginap di Kisyunso, sebuah ryokan/penginapan kecil, tapi mengizinkan tamunya untuk mem-block onsen untuk pemakaian pribadi. Ada 3 buah onsen di sini, 2 berupa indoor onsen, dan satu lagi adalah open air yang saya recommend.
Apa rasanya naik kereta dengan kecepatan 430 kilometer/jam tapi tidak ada roda yang menempel di rel?
Naik kereta super cepat atau bullet train sudah lumrah baik di Eropa dengan naik TGV atau ICE, maupun di Jepang dengan shinkansen. Kereta Eurostars dari Paris ke London bisa mencapai 300km/jam adalah salah satu jalur kereta paling sibuk di Eropa, contoh lain adalah ICE High speed train dari Frankfurt ke Köln kalau mau versi Jerman tulennya.
Tapi untuk Asia kereta super cepat hanya ada di beberapa negara: embahnya di Jepang, juga di Taiwan dan di China. Nah, umumnya kereta ini pasti punya rangkaian roda yang jalan di atas rel. Tapi kalau pas mendarat di Shanghai, China, jangan lewatkan kesempatan mencoba Maglev Train, kereta yang tidak pakai roda.
Escape game area, permainan ala detektif berkelompok, semakin berkembang terlebih di Jakarta. Kali ini Javamilk mendapat kesempatan untuk mencoba menjajal teka-teki yang ada di TickTock Escape Room.
[
Bagi yang belum pernah mengikuti permainan model ini, kira-kira gambarannya adalah sebagai berikut. Kita akan memasuki sebuah ruangan dengan setting tertentu. Lalu akan di-brief tentang latar belakang cerita dan objectives. Dengan clue/petunjuk yang harus kita selesaikan di ruangan tersebut hingga tujuan akhirnya adalah menemukan cara atau kunci untuk bisa keluar dari ruangan itu dalam 60 menit.
Waktu yang terbatas memang memaksa kita perlu membagi tugas dan bekerja sama. Jumlah peserta yang di-recommended sebenarnya 2-6 orang, tapi menurut saya 3-4 orang adalah jumlah yang efektif. Dengar dari staff Ticktock ada juga 2 orang anak usia sekolah yang bisa menyelesaikan misteri kurang dari 60 menit, tertantang tidak?
Wah, sudah hampir 2 bulan saya tidak menulis di blog ini karena beberapa kesibukan (or distraction?) baik di pekerjaan kantor mau pun urusan pribadi.
Dan seperti biasa, untuk memulai lagi menulis artikel jalan-jalan, ibaratnya mendorong mobil yang mogok, usaha pertama itu yang cukup berat: mencari semangat menulisnya. Yah untuk itulah saya coba tulis artikel ini yang tergolong 'enteng'.
Pas kebetulan mencari suasana autumn, pergilah kita ke negri yang punya musim ini. Walaupun belum benar-benar memasuki musim dingin, tapi musim gugur sudah cukup dingin, suhu bisa dari 3°C hingga 15°C.
Di late Autumn, daun sudah pada rontok tapi di beberapa taman Tokyo masih ada daun yang 'telat' gugur.
Tips mengumpulkan miles dari full service airlines sudah pernah saya bahas di artikel sebelumnya, tapi ada satu airlines yang ajaib: sudah jenisnya low-cost carrier, masih menawarkan program loyalty pula! Itulah Air Asia BIG.
Bagi yang belum tahu BIG Point adalah program loyalty-nya AirAsia, kurang lebih seperti GarudaMiles atau KrisFlyer-nya SQ, di mana kita akan mendapatkan point (atau miles) setiap kali kita terbang dengan maskapai tersebut. Pada akhirnya point atau miles yang telah dikumpulkan itu bisa ditukarkan dengan tiket pesawat gratis dengan destinasi pilihan kita.
Pada dasarnya, untuk setiap 2 Ringgit yang kita bayar di tiket AirAsia akan mendapatkan 1 BIG Point. Jadi untuk tiket pesawat sekitar 300ribu rupiah kita akan dapat 50 point.
Lalu untuk redeem, kita perlu setidaknya 5000-6000 point baru bisa tukar tiket gratis Jakarta-Singapore one-way.
Sudah menjadi rahasia umum antara travel agent kalau membuat visa ke luar negri itu sangat susah. Oleh karena itu mereka mengutip uang jasa yang lumayan besar sehingga menjadi bisnis yang sangat menguntungkan dengan modal dan resiko sangat kecil.
Untuk menuju negara-negara yang sudah mapan, bagi warga negara Indonesia memang harus punya entry visa jika ingin berlibur atau berwisata. Seluruh negara Eropa termasuk Inggris, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Australia dan New Zealand, hingga Amerika Serikat dan Canada, semua perlu visa.
Sebenarnya mengurus visa sendiri sama susahnya dengan mengurus visa pakai bantuan agent. Bahkan untuk beberapa negara, walaupun sudah pakai bantuan agent Anda tetap diminta datang untuk wawancara.
Nah apakah gampang untuk mengurus visa ke negara yang disebut di atas? Tentu susah karena kita harus melengkapi persyaratan membuat visa sesuai yang diminta.
Setelah Bangkok, Madame Tussauds akan buka tempat kedua di ASEAN yaitu di Singapore pada 25 Oktober 2014.
Buka setiap hari jam 10am hingga 9pm (last admission adalah 7.30pm). Dengan koleksi patung lilin mulai dari Lady Gaga hingga tokoh dunia seperti Nelson Mandela dan Presiden Soekarno Indonesia.
Harga tiket normalnya …
Jepang
Australia
Thailand
Korea
Baca juga artikel dan tips wisata terbaru.
Thu 07 November 2024
Fri 09 August 2024
Sat 06 July 2024
Cari artikel lama? Ada di Archives